Senin, 12 November 2012
Menjadi wanita yang terpingit
Saya sama sekali tidak menyangka kalau saya hanya mempunyai waktu tidak lebih dari satu bulan untuk berada di Batam dengan status single dan memiliki kebebasan layaknya anak gadis lainnya. Oia rencananya nanti tanggal 09 Desember 2012 saya menikah dengan orang yang sudah sekitar 3 tahunan ini saya kenal. Rasanya satu bulan terakhir ini ingin sekali saya berkeliling batam, menghabiskan waktu bersama teman - teman, mengingat kebersamaan kami tinggal menghitung hari. Tapi sepertinya gak mungkin bisa buat keluar dan bermain main selama sebulan ini.
Saya hidup di jaman yang serba modern, tempat orang yang hidup dengan modernisasi dan mobilitas yang tinggi tapi adat jawa tetap tak bisa hilang dari lingkungan dan pergerakan ato tindakan yang saya lakukan. Sempat terpikir apakah yang saya rasakan sekarang ini sama dengan yang di rasakan ibu RA Kartini pada masanya? Saya rasa terlalu lebeh untuk menyamakan diri dengan beliau, tapi memang sangat berat sekali dengan berjuta ide di kepala kita tapi kaki kita terantai dan kita terkurung dalaam adat pingitan.
Sebulan terakhir persiapaan pernikahan sudah semakin banyak disiapkan, tetapi disamping iyu ada rasa bimbang yang kian berkecamuk dalam diri saya. Apakah saya sanggup tinggal di tempat yang jauh, minim akses transportasi dan teknologi. Rasanya bimbang sekali. apalagi saya pun belum wisuda. But all must be gone! Karna semua juga sudah separuh jalan. Saya rasa kegalauan ini adalaah bagian dari stresh pranikah yang juga dialami beberapa orang lain diluar sana. hehe..
Tapi sebulan tanpa bisa keluar ke tempat yang biasa kita datangin rasanya memang sangat menyiksa tapi disisi lain aku paham banget kalo tante kwatir kalau terjadi apa apa terhadap saya menjelang perbikahan. Menghitung mundur masa itu memang menjemukan..
Langganan:
Postingan (Atom)